Berawal dari Hobi Merias, Alumni Sastra Indonesia Unesa Kini Jadi Beauty Influencer

Perempuan ini ingin membuktikan Beauty Influencer bukan sekedar berandan atau rias, tetapi dibalik menjadi influencer terdapat tanggung jawab lebih yang diemban. Tidak hanya fisik cantik, tetapi juga hati dan visi yang baik. Dengan menjadi Beauty Influencer, ia berhasil membuktikan potensi atau kelebihan yang dimiliki untuk mengembangkan kariernya. Karena ia yakin, selama menekuni minat, pasti bermanfaat di masa depan.
Bagi
penikmat konten-konten kecantikan di media sosial seperti TikTok atau
Instagram, pasti tidak asing dengan perempuan yang satu ini. dia adalah Kiky
atau yang bernama lengkap Rizki Nurul Prasetyani, siapa sangka beauty
influencer dengan ribuan pengikut di media sosial TikTok tersebut merupakan alumni
Universitas Negeri Surabaya. Kikiy merupakan alumni Unesa tahun masuk tahun 2013 dan lulus tahun 2017 pada program studi S-1 Sastra
Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni. Saat
ini ia telah menjadi Beauty Influencer sekaligus konten kreator, dan sedang
menempuh S-2 di UM.

Perempuan
yang juga hobi fotografi itu mengatakan, selama berkuliah di Unesa pengalaman
yang paling menarik adalah mengikuti berbagai kegiatan yang sangat
memfasilitasi minat dan bakatnya. “Karena dulu kan sastra itu sedikit banget
ya, Cuma satu kelas dan itupun Cuma 27 anak pas lulus tinggal 17 yang lain
menghilang. Tetapi meskipun sedikit kami itu solid, sering pentas bareng. Saya
masih ingat dulu ada kegiatan namanya Sasbulpur (Sastra Bulan Purnama) yang
diadakan tiap beberapa bulan sekali” ucapnya mengenang momen tersebut. Kegiatan
tersebut memberikan wadah para mahasiswa menampilkan karyanya, serta menjadi
semakin kompak karena Kiky dan teman satu kelasnya sering langganan juara. “Kebetulan
saya dulu sering jadi MuA atau bantuin-bantuin make up teman-teman, karena
memang hobi saya dari dulu di bidang make up, dulu kita juga sering latihan
sebelum pentas sampai malam di kampus. Itu sih momen-momen dulu dan rindu
banget pengen ngumpul lagi sama temen-temen” tambahnya.
Berawal
sering menjadi MuA selama kuliah ditambah dengan hobi terkait seni make up yang
ia miliki membuatnya berani membuka jasa make up sampai saat ini. Kiky mengaku
belajar dari youtube, dan ia implementasikan kepada teman-teman yang
membutuhkan jasanya. “kemarin saat pandemi itu saya memutar otak bagaimana agar
customer saya tidak hilang, akhirnya saya lebih menekankan lagi di media sosial,
karena memang saya membangun dan mengelola media sosial itu juga sejak kuliah
tapi kemudian saya bertekat bagaimana mengelola follower media sosial saya agar
mampu menjadi kontent kreator dan menghasilkan konten yang bermanfaat serta
bernilai jual” ujar Kiky.
Dari
sana akhirnya ia mulai merambah di dunia konten kreator dengan membuat
konten-konten bertema make up dan kecantikan. Apalagi dengan bekal ilmu sastra
yang ia miliki sehingga mampu menghasilkan konten yang menarik dengan gaya
cerita yang khas. “saya juga terinspirasi dari sosok kakak tingkat saya selama
kuliah di sini, dimana dia juga influencer tetapi di bidang jasa. Dari situ
awalnya saya diajak buat ikut jadi influencer, katanya influencer itu nggak
susah” terangnya. Dimasa-masa awal ,Kiky sering mengikuti pelatihan manajemen
konten, namun saat itu dirinya belum berfokus di bidang beauty influencer karena
ia ingin mencoba banyak hal. “semua produk saya terima, mau produk anak,
mainan, dan lain-lain saya terima semua untuk saya iklankan di sosial media
saya, karena saat itu juga saya belum sadar kalau passion saya itu di beauty
influencer. Lambat laun setelah saya bikin konten, portofolionya mulai banyak,
mulai dilirik sama brand, saya juga riset, lihat, dan amati kalau konten-konten
saya ternyata yang paling banyak views nya itu konten produk kecantikan. Sehingga
dari situ saya tekatkan mau fokus ke beauty, dan saya enjoy sekali kalau saya
mengerjakan beauty” imbuhnya.
Menjadi
beaty influencer bagi Kiky tidak hanya memasarkan produk kecantikan, tetapi
konten yang dibuat juga harus bermutu dan mengedukasi. Karena ketika menjadi
beauty influencer dan nantinya di kenal luas banyak orang, harus siap mental disorot
dan memilih di pandang atau dikenal orang dengan citraan baik atau hanya
dianggap sekedar viral dan hilang. “Maka saya menerapkan pilihan pertama yaitu
dikenal orang dengan citraan yang baik dan citraan itu tidak dibuat-buat atau
palsu. Makanya dengan saya menjadi beauty influencer ada harapan yang ingin
saya sampaikan yaitu saya bisa bermanfaat bagi orang meskipun saya tidak kenal
dengan orang tersebut. Karena media sosial kan luas ya jangkauannya, sehingga
saya lebih bermanfaat bagi orang lain secara luas melalui beauty influencer ini”
bebernya.
Kiky
mengatakan, tantangan yang ia hadapi di dunia influencer adalah bagaimana harus
bersaing ditengah dunia digital yang semakin cepat, algoritma baru, dan
fenomena sosial masyarakat terkait viral sekejap. “Karena kalau hanya viral
tetapi setelah keviralannya selesai ya udah gitu aja hilang itu banyak saat ini.
Dan sekarang brand-brand itu sukanya yang viral-viral kayak gitu, tapi
sayangnya minim kualitas karena lebih mengutaman tren daripada edukasi”
paparnya. Untuk itu, sebagai konten kreator dirinya tidak hanya menimbang dari
viral atau tidaknya kontendihasilkan tetapi bagaimana konten itu bermanfaat. Yang
baik menurutnya adalah mengambil jalan tengah, dengan mulai membuat konten yang
kreaif dan bermanfat sehingga mampu mengedukasi, viral, dan berkulitas,
ditambah terus telaten mengikuti algoritma yang ada.
Satu
pesan Kiky yakni “coba aja dulu” karena keragu-raguan dalam mencoba akan membuat
seseorang tidak berkembang. Sehingga ingin menjadi apapun itu harus digapai, diaplikasikan,
jangan takut salah, belajar dari kesalahan dan dari pengalam itu akan menjadikan
lebih baik lagi. Kedepannya Kiky akan terus menekuni kariernya sambil terus menggapai
pendidikan setinggi mungkin, karena sebagai beauty influencer banyak hal yang
ingin ia sampaikan dan edukasikan kepada masyarakat” Belajar itu tidak ada
hentinya, meskipun sudah berusia lanjut tetap belajar meskipun tidak selalu
dengan teori tetapi juga dari kehidupan” tukasnya.
Penulis: Muhammad Azhar Adi Mas’ud -Tim Jurnal 2024-