Fenomena Neneng Rosdiyana: Keisengan Digital atau Gerakan Sosial?

Ilustrasi Neneng Rosdiyana dan Para Penggagas Teori Marxisme (Sumber Gambar: @mcyosel di X)
s1-sind.unesa.ac.id, SURABAYA-Sejak beberapa bulan lalu, Neneng Rosdiyana ramai dibicarakan di kalangan pengguna media sosial, khususnya Facebook dan X (dahulu Twitter). Bersamaan dengan itu, muncul pula istilah Nenengisme. Apa yang sebenarnya terjadi dan siapakah Neneng Rosdiyana?
Neneng Rosdiyana bukan selebritas, bukan juga politikus, melainkan ia adalah seorang ibu-ibu petani yang melakukan sesuatu yang tidak biasa, yaitu membeli akun Facebook “Marxisme Indonesia” dan mengganti nama akun tersebut menjadi “Neneng Rosdiyana”, yaitu namanya sendiri. Perubahan nama ini memicu beragam tanggapan di media sosial. Ada yang menganggapnya lucu, ada yang melihatnya sebagai bentuk “pembajakan digital yang unik”, dan adapula yang memaknainya sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah seperti yang ditulis oleh akun @zakwanoe di X, “Orang-orang percaya Neneng Rosdiyana beneran beli page "Marxisme Indonesia", ya? Kayaknya memang beliau adminnya dari dulu. Post awal setelah ganti nama page jadi Neneng Rosdiyana itu masih kritik pemerintah, postingan demonstrasi orasi. Dia kayak mbak-mbak kader FMN (Front Mahasiswa Nasional) yang udah muak.”
Menanggapi ramainya perbincangan mengenai dirinya, Neneng angkat bicara melalui unggahan di Facebook pada 24 Januari 2025. Ia mengaku tidak tahu banyak tentang Marxisme dan awalnya mengira “Marxis” adalah nama sebuah band. “Setahun yang lalu, saya saja baru dengar nama Marxis yang saya pikir dulu itu kayak nama band, jadi saya suruh ubah saja jadi nama saya, toh (akunnya) mau dibuat (menjadi akun) Facebook pro. Jadi, setop tanya-tanya dan menyebut saya penganut (Marxisme),” tulisnya.
Di luar kehebohan yang ia timbulkan di dunia maya, Neneng adalah sosok yang aktif dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Mentari yang mengelola lahan pertanian secara mandiri di desanya. Ia sering membagikan kegiatan bercocok tanam, panen, dan pemberdayaan ekonomi untuk ibu-ibu di daerahnya melalui unggahan di Facebook. Oleh karena itu, banyak warganet mendukung Neneng dengan berkomentar bahwa akun tersebut memiliki visi dan aksi nyata, yaitu tentang ketahanan pangan dan pemberdayaan petani wanita mandiri dan berdikari melalui pertanian. Bahkan, beberapa orang menyebut bahwa yang dilakukan Neneng adalah bentuk revolusi ala ibu-ibu petani yang kemudian ramai disebut sebagai Nenengisme. Diskursus mengenai Nenengisme juga semakin menarik, mulai dari yang menyebutnya sebagai turunan dari Marxisme hingga adapula yang menyebutnya sebagai kombinasi dari Ekologi Marxisme, Ekofeminisme, dan Post-antroposen.
Salah Satu Unggahan Neneng Rosdiyana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Menariknya lagi, Neneng menunjukkan sikap kritis terhadap pemikiran Marxis yang menekankan materialisme dialektika. Ia menolak gagasan bahwa realitas sepenuhnya ditentukan oleh kontradiksi materi dan sejarah tanpa keberadaan nilai spiritual. Sebaliknya, Neneng dengan tegas menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan itu ada dan berpihak kepada kaum tertindas. Oleh karena itu, sebagian warganet menyebut bahwa Nenengisme bukanlah turunan dari Marxisme, melainkan Nenengisme adalah penerapan Marxisme dalam realitas sosial dengan berbagai penyesuaian atau akulturasi, paling tidak Neneng telah menerapkan teori sosialisme utopis yang dikembangkan oleh Karl Marx dalam kehidupan sehari-hari. Warganet menilai bahwa Neneng selangkah lebih maju dari “abang-abangan kiri” karena Neneng telah sampai pada tahap penerapan. “Waduh… waduh, kalau cuma nongkrong di kafe sambil debat teori, hasilnya paling cuma cappuccino yang dingin. Sementara di ladang, berdikari itu nyata—tanam, rawat, panen. Madilog? Jelas dipakai! Soalnya kalau gak mikir dan logis, bisa-bisa ditipu tengkulak!” ujarnya menanggapi salah satu komentar di unggahannya.
Kini, akun Facebook Neneng Rosdiyana terus berkembang dengan bertambahnya pengikut dan diskursus mengenai Nenengisme semakin ramai dibicarakan. Entah disengaja atau hanya keisengan belaka, Neneng Rosdiyana telah menciptakan fenomena unik yang akan dikenang oleh para pengguna media sosial. Dari akun ideologi menjadi akun ibu-ibu petani, dari Marxisme ke Nenengisme. Neneng Rosdiyana telah berhasil menciptakan topik diskusi baru mengenai ideologi dan gerakan sosial di media sosial. []