Budaya Malu Nusantara Dalam Kacamata Kesusastraan

Budaya malu
atau shame culture merupakan sebuah
budaya yang mendasarkan konsep rasa malu atau “menjaga harga diri” di hadapan
orang lain. Singkatnya budaya malu menekankan respon sosial yang bertujuan
untuk menjaga nama baik. Norma dan nilai masyarakat memiliki pengaruh kuat
dengan memanfaatkan rasa malu yang ditimbulkan setelah melanggar norma dan
nilai yang berlaku.
Dalam budaya
malu atau shame culture mengendalikan
individu untuk menjaga nama baik sekalipun sudah melakukan hal yang melanggar
nilai dan norma. Hal ini terjadi karena tolok ukur dari budaya malu adalah
penilaian orang lain serta lebih menekankan reputasi dan status sosial. Praktik
budaya malu banyak ditemukan di negara-negara benua Asia, tidak terkecuali
Indonesia.
Sastra telah
mencatat gejala dari budaya malu yang terjadi di nusantara. Sastra menggambarkan
mentalitas budaya malu di Indonesia. Salah satu dari karya sastra yang mencatat
budaya malu di Indonesia merupakan sebuah novel berjudul “Jalan Tak Ada Ujung”
yang ditulis oleh Mochtar Lubis. Karya ini menggambarkan Guru Isa yang berada
dalam dilema antara status sosialnya sebagai seorang guru yang teladan dan juga
kepala keluarga yang memiliki wibawa. Guru Isa terpaksa mecoreng reputasinya
sebagai guru teladan dengan melakukan tindakan pencurian untuk melindungi
wibawanya sebagai kepala keluarga. Gambaran Guru Isa yang merasa was-was ketika
mencuri lembaran-lembaran buku merupakan gambaran bagaimana budaya malu
bekerja. Lebih takut kelakuannya diketahui orang lain daripada takut melakukan
kesalahan adalah ciri khas budaya malu.
Pada akhirnya
budaya malu secara praktiknya adalah sebuah kesalahan berpikir. Di mana
seharusnya budaya malu bisa menekankan orang-orang untuk bertindak sesuai
norma. Justru disalahpahami menjadi budaya yang digunakan sebagai tameng untuk
menutup-nutupi kesalahan yang dibuat demi menjaga reputasi. Sastra telah
menuliskan fenomena ini sebagai bentuk kritik terhadap sosial. Namun sepertinya
butuh lebih dari sekedar tulisan bagi orang-orang yang salah paham tentang
budaya malu.
Penulis: Angga
Dwi Permadi