Mengenal Teater Kaki Langit yang Didirikan Dosen dan Mahasiswa Sastra Indonesia UNESA

Teater
saat ini dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Salah
satu contoh komunitas teater yang mulai menerapkan konsep teknologi dan digadang-gadang
sebagai pencetus teater digital di Surabaya adalah Teater Kaki Langit.
Teater
tersebut didirikan oleh Tengsoe Tjahjono pada tahun 1998 bersama para
mahasiswanya dari Prodi
Sastra Indonesia Unesa dengan tujuan menghidupkan seni pertunjukan teater di
kampus saat itu khususnya kampus Unesa Lidah Wetan dan menjadi alternatif
mahasiswa selain Teater Institut yang bertempat di Unesa Kampus Ketintang.
Seiring
waktu teater tersebut terus berkembang hingga kini menjadi komunitas teater
yang independen dengan manajemen tertata. Salah satu trobosan yang bahkan sudah
dijalankan sebelum pandemi adalah mengembangkan komunitas teater kaki langit
yang terbuka dengan teknologi termasuk membaut projek berbasis digital.
Salah satu perwakilan Teater Kaki Langit bernama Alif yang juga merupakan alumni Prodi S-1 Sastra Indonesia Unesa angkatan 2016 menyatakan bahwa Teater Kaki Langit selalu menyesuaikan teater dengan perkembangan teknologi yang ada termasuk merambah pada pembuatan visualisasi puisi digital, ia mengatakan bahwa dengan tetap berkarya mengikuti perkembangan zaman modern, tidak kolot dan berkolaborasi dengan teknologi mampu mempertahankan sekaligus menjadi ciri khas tersendiri dari seni teater.
“Teater
digital yang memulai adalah teater kaki langit dengan projek ODP (Ora Nduwe
Panggung) jadi kita memproduksi tiga pementasan teater eksperimental dengan
dikolaborasikan framing lensa atau visual” tandasnya.

Sumber Gambar: Dokumentasi Teater Kaki Langit
Tengsoe
berpesan agar teater saat ini harus tetap mempertimbangkan isu sosial budaya,
dan politik yang relevan karena teater mampu berperan penting dalam menyuarakan
gagasan menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan
sosial, dan krisis kesehatan. Tentu hal tersebut dengan mendorong partisipasi
aktif dari amsyarakat dan memperkuat hubungan senimana dan masyarakat.
Penulis: Muhammad Azhar Adi Mas’ud