Pelayarputihan Teks Karya Mahasiswa Sastra Indonesia

Surabaya – Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022 sukses menggelar pelayarputihan film pendek pada Selasa, 28 Mei 2024. Acara tersebut merupakan bagian dari mata kuliah ekranisasi di mana mahasiswa ditugaskan untuk mengadaptasi cerita pendek menjadi film pendek. Dr. Ririe Rengganis S.S., M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekranisasi dan Drs. Parmin M.Hum. selaku Koordinator Prodi Sastra Indonesia turut hadir dan meramaikan acara pelayarputihan film pendek ini. Bertempat di Perpustakaan Bank Indonesia, acara ini berlangsung dengan lancar dan gemilang. Rangkaian acara ini terdiri dari nonton bersama, bedah film, dilanjut dengan gelar wicara bersama sutradara dari masing-masing film. Terdapat tiga film pendek yang diputar pada acara pelayarputihan ini, yaitu Perigi yang diproduksi oleh kelas Sastra Indonesia A 2022, Pelarian Terakhir yang diproduksi oleh kelas Sastra Indonesia B 2022, dan Menthil yang diproduksi oleh kelas Sastra Indonesia C 2022. Ketiganya merupakan adaptasi dari cerita pendek yang ditulis oleh Yusril Ihza F.A., S.S., M.A., alumni Prodi Sastra Indonesia, Unesa, yang kini telah melebarkan sayap kesusastraannya dengan berbagai prestasi dan karyanya yang gemilang.

Film
Perigi diangkat dari cerpen berjudul sama yang ditulis untuk mengenang
tragedi genosida di Kepulauan Banda pada tahun 1621 yang dilakukan oleh bala
tentara Jan Pieterszoom Coen. Film ini menghadirkan kisah Aqsa yang kembali ke
kampung halamannya untuk menjalani upacara adat cuci perigi. Namun, Aqsa justru
terbawa ke tragedi kelam masa lalu yang melibatkan pembantaian terhadap Arung
dan Ina. Sedangkan film Pelarian Terakhir mengisahkan perjuangan Liantoe
(Thomas Najoan) dalam melarikan diri dari kamp pembuangan Boven Digoel. Kabur
adalah perjuangan! Begitulah kiranya motto hidup sosok Liantoe. Untuk memperjuangkan
kebebasannya, banyak hal yang harus Liantoe korbankan. Hingga ia menyadari
bahwa musuh yang sebenarnya bukanlah hutan Diegol, namun dirinya sendiri. Sementara
itu film Menthil menceritakan sosok Wasesa, pemuda dewasa yang masih
ketergantungan pada penthil ibunya. Pada suatu hari ia melarikan diri ke
hutan dan bertemu dengan Sri Kantil, lalu terlibat dalam hubungan terlarang
yang menyebabkannya tertimpa penyakit kelamin. Pada akhirnya ia berhasil sembuh
setelah melakukan hubungan badan dengan Cilubintang, namun ia harus kehilangan
bagian tubuh paling berharga dalam dirinya.

Setelah pemutaran tiga film tersebut selesai, acara dilanjut dengan bedah film dan diskusi bersama. Sesi ini menghadirikan tiga narasumber yang berpengalaman di bidangnya, yaitu Yusril Ihza F.A., S.S., M.A, selaku penulis ketiga cerita pendek serta Lutfi Laksono, S.Pd., M.Pd., dan Muhammad Widyan Ardani, S.Pd., M.Sn. Dalam sesi ini, para narasumber memberikan penilaian, tanggapan, serta saran yang membangun terhadap masing-masing film. Lebih dari itu, ketiga narasumber juga memberikan apresiasi mendalam atas keberhasilan para mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022 dalam memproduksi film pendek guna memenuhi tugas akhir mata kulia Ekranisasi ini.

Tak
berhenti sampai di situ, acara disambung dengan gelar wicara bersama sutradara
dari masing-masing film, yaitu Fariq Rizkia Kemal selaku sutradara film Perigi,
Ahmad Rifqi Syihabbudin selaku sutradara film Pelarian Terakhir, serta
Akhmad Fardan Jontano selaku sutradara film Menthil. Dalam sesi ini,
para sutradara menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi film.
Mulai dari tempat dan durasi waktu produksi, hingga kendala dan tantangan
terberat yang dihadapi. Sesi gelar wicara berlangsung dengan seru dan menarik.
Keberhasilan pelayarputihan ini membuktikan bahwa karya sastra dapat diadaptasi menjadi film yang memukau. Melalui produksi film ini, kita juga dapat melihat bahwa mahasiswa Sastra Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar dalam industri perfilman. Kesuksesan mahasiswa Sastra Indonesia dalam memproduksi film tentu membangkitkan optimisme dan harapan baru bagi masa depan perfilman Indonesia. Semoga acara ini dapat menginspirasi para generasi muda bangsa untuk terus semangat berkarya dan berinovasi di bidang seni dan budaya, khususnya perfilman.