Sastra Indonesia UNESA untuk Teater Indonesia: Tantangan dan Transformasi Teater Masa Kini

Teater.
Apakah kata itu asing dikalangan Gen Z ?. Banyak dari mereka sudah tak
menggemari Teater, bahkan hanya sedikit yang pernah menontonnya. Kebanyakan Gen
Z lebih menggemari Series Korea. Lantas, apakah ini awal teater akan sirna ?. Dosen
Purna tugas S-1 Sastra Indonesia sekaligus penggagas berdirinya Teater Kaki
Langit Surabaya, Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd., membagikan pandangannya terkait
tantangan dan peluang transformasi teater masa kini.
Dosen
yang pernah menjadi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Hankuk University
Studies Korea Selatan tersebut menjelaskan berbagai tantangan yang harus
dihadapi oleh teater-teater masa kini seperti: Tantangan pertama adalah
tantangan finansial karena teater membutuhkan biaya produksi besar dan tidak
mudah memperoleh dana demi melahirkan karya bermutu. Tantangan kedua yakni
tantangan persaingan dimana teater harus bersaing dengan industri seni yang
lain seperti film, televisi hingga media digital.

Sumber Gambar: pixabay.com (ilustrasi teater)
Tantangan
ketiga adalah tantangan teknologi mengingat tuntutan masa kini teknologi
berkembang dengan menawarkan alternatif hiburan lain tidak hanya berkutat pada
gedung dan panggung. Tantangan penonton dimana teater harus bekerja keras
menarik minat penonton disamping penonton teater juga memerlukan karya teater
yang beragam dengan berbagai jenis pendekatan. “Dengan tantangan seperti itu,
masih adakah peluang bagi teater?. Tentu peluang itu didapat jika teater siap
melakukan inovasi” tutur sastrawan penggagas Pentigraf itu. Berikut adalah
peluang yang perlu dioptimalkan teater masa kini:
1. 1 Penggunaan teknologi dan Kebebasan Berekspresi
Teater
masa kini diharapkan mampu menggunakan teknologi sebagai media meningkatkan
karya yang dihasilkan seperti menggunakan efek khusus, animasi, dan interaktif.
“Teater hendaknya memberikan ruang kebebasan berekspresi bagi para aktor dan
pekerja teater untuk secara kreatif melakukan eksperimen pertunjukan sehingga
melahirkan karya yang lebih inovatif dan memenuhi kebutuhan penonton”
terangnya.
2. 2. Kolaborasi Antar Bidang
Selain
itu teater kini juga dituntut untuk mampu berkolaborasi baik lintas seniman
maupun lintas bidang seperti dengan bidang musik, tari, hingga digital untuk
menciptakan karya seni yang lebih beragam dan inklusif bagi masyarakat. “teater
harus siap berkolaborasi dengan seniman dari berbagai latar belakang untuk
menciptakan karya yang lebih inklusif” bebernya.
3. 3. Pendekatan Lebih Inklusif Mengankat Kesenjangan Budaya
Tengsoe
juga menyampaikan bahwa usaha untuk lebih inklusif dalam menyajikan karya seni
oleh para seniman teater penting dilakukan saat ini mengingat hal tersebut
dapat mencakup representasi yang lebih luas dari berbagai latar belakang mulai
dari gender, ras, agama, hingga orientasi seksual. “Teater dapat menyajikan
pengalaman seni dan budaya yang unik atau autentik bagi penontonnya untuk
memperkaya pengalaman penonton tentang seni pertunjukan” ucapnya.
4. 4. Mendorong Partisipasi Penonton
Terakhir,
teater saat ini juga harus mendorong partisipasi aktif dari penonton yang dapat
dilakukan seperti melalui pertunjukan interaktif, lokakarya, hingga program
pendidikan. Hal tersebut tentu dapat membantu dalam memperkuat hubungan antara
teater dengan masyarakat sehingga mampu memperluas dampak karya seni bagi
kehidupan manusia.
Penulis:
Muhammad Azhar Adi Mas’ud.
-Tim Jurnal 2024-